Senin, 10 Oktober 2011

hachiko anjing dari jenis akita

ini sebuah kisah nyata kesetiaan anjing versi jepang yang menyedihkan.


dijepang pernah hidup seekor anjing dari ras akita, namanya hachiko, kisah ini sangat terkenal di jepang, atau anggaplah sebagai sebuah legenda moderen dan tentang hachiko sendiri sudah dirilis dalam buku, film dan drama televisi, dari kisah ini tidak hanya memperlihatkan ikatan mendalam yang dibentuk antara manusia dan anjing tapi juga esensi tempramen dari anjing ras akita.. loyalitas dan pengabdian. legenda hachiko jujur aja bisa membuat setidaknya kita melihat sisi lain anjing dari sekedar menggonggong.


baiklah.. kisahnya dimulai pada 1923 saat seorang profesor yang bernama ueno seorang pengajar dari sebuah universitas dan tinggal di shibuya memperoleh seekor anjing dari ras akita, dia memiliki ekor melengkung model sabit kekiri dengan bulu  halus berwarna kuning muda, yang kemudian diberi nama hachi.
kebetulan profesor ueno adalah seorang penyayang binatang, sehingga hubungan keduanya terjalin sangat akrab dan mereka menghabiskan banyak waktu bersama diluar waktu kerja si profesor ueno yang hidup sendiri bersama hachiko. 


keakraban mereka bisa diliat dari kebiasaan  pada saat profesor berangkat kerja, maka hachiko akan slalu mengantarkan profesor ueno hingga sampai ke stasiun kereta.. mereka slalu melewati jalan yang sama dgn berjalan kaki, hachiko baru akan pulang hanya pada saat profesor ueno telah masuk ke stasiun kereta dan menghilang.. kemudian baru pada sore hari menjelang pukul 6:00 ia datang kembali ke stasiun shibuya untuk menjemput profesor ueno di depan gerbang loket, hal ini adalah rutinitas sehari-hari hachiko dan menjadi kesan yang sangat mendalam bagi kebanyakan orang disana


namun sangat disayangkan kebahagiaan hachiko sebagai peliharaan profesor ueno ternyata sangat singkat.. hanya sekitar satu tahun empat bulan saja dan kemudian peristiwa menyedihkan memisahkan mereka untuk slamanya.
pada tanggal 21 mei 1925, profesor ueno terserang stroke pada saat rapat fakultas dan meninggal pada saat itu juga,pada malam saat jenazah profesor ditempatkan dalam rumah, hachiko menerobos masuk dan menghabiskan waktu malam bersama tuannya, kemudian cerita ini masih berlanjut pada saat peletakan benda-benda kesayangan almarhum profesor ueno kedalam peti matinya sebagai mana tradisi disana, hachiko-pun melompat masuk kedalamnya dan berusaha melawan siapapun yang berusaha mengeluarkannya.


tapi sebenarnya kisah sedih dari cerita ini baru dimulai, setelah tuannya meninggal hachiko dikirim untuk tinggal bersama sanak keluarga profesor ueno yang tinggal di asakura, bagian timur tokyo. tapi ia lari berkali-kali dan kembali kerumah tuannya di shibuya, akhirnya setelah setahun ia diberikan kepada mantan tukang kebun profesor ueno yang sudah mengenalnya sejak kecil, tapi sama saja dia juga tetap lari berulang-ulang dari sana, dan tetap kembali kerumah tuannya di shibuya.


hachiko akhirnya menyadari bahwa tuannya tidak lagi tinggal di rumahnya, maka hachiko setiap hari pergi ke stasiun shibuya, sama seperti yang slalu dia lakukan saat menanti kepulangan profesor ueno sebelumnya disaat dia masih bahagia tentunya, disana ia slalu mengamati setiap penumpang yang kembali hingga kereta terakhir, biasa dia baru akan meninggalkan tempatnya hanya pada saat lapar dan ini dia lakukan hari-demi hari dan tahun berganti tahun (termasuk pada saat musim salju), keadaan ini ternyata banyak menarik perhatian orang yang mengetahui awal kisah kepemilikan hachiko dan kadang merekapun memberikan makanan kepada hachiko.


pada tahun yang sama seorang mantan mahasiswa profesor ueno yang telah menjadi ahli dalam ras anjing akita melihat hachiko di stasiun kereta api, dan mengikutinya pulang menuju rumah mantan tukang kebun profesor ueno, kikuzaboro kobayashi. dari sana ia tau sejarah hachiko, si mantan mawasiswa ini juga pernah menerbitkan dokumentasi sensus ras anjing akita di jepang, yang dalam penelitiannya ternyata hanya tersisa 30 ras akita termasuk hachiko dari stasiun shibuya.


selama bertahun-tahun mantan mawasiswa profesor ueno sering kembali ke stasiun shibuya untuk melihat hachiko, ia juga menulis beberapa artikel tentang kesetiaan hachiko yang luar biasa, yang diterbitkan beberapa surat kabar lokal, hingga akhirnya pada tahun 1932 koran terkenal shinbun asahi menerbitkan juga salah satu artikelnya tentang hachiko dan beberapa fotonya, dan mulailah hachiko terkenal diseluruh negeri bahkan sebuah foto hachiko juga muncul dalam ensiklopedia tentang anjing terbitan luar negri, lalu banyak masyarakat yang terharu dan mengunjungi stasiun shibuya untuk melihatnya, beberapa kartu pos juga didesain dengan hachiko sebagai modelnya dan sempat beberapa kali dibawa sebagai undangan dalam pameran anjing nippo


21 april 1934, sebuah patung perunggu hachiko dibuat oleh seorang pematung 'tern ando' diletakkan di depan gerbang tiket stasiun shibuya disertai puisi yang diukir pada plakatnya, disertai upacara yang dihadiri banyak orang termasuk cucu dari profesor ueno. sayangnya patung ini di lebur menjadi senjata pada saat perang dunia ke II, pada tahun 1944. tapi pada 15 agustus 1948 replikanya yang di buat ulang oleh 'takeshi ando' putra dari pematung aslinya diresmikan, dan peletakannya juga di sertai upacara yang dihadiri banyak orang. hingga sampai saat ini patung tersebut masih berdiri dan menjadi tempat pertemuan yang terkenal dan populer di shibuya.


kembali ke hachiko.. ternyata ketenarannya tidak sedikitpun merubah kehidupannya, dan ia melanjutkan hidupnya sama persis dengan sebelumnya, setiap hari berangkat ke stasiun shibuya menunggu profesor ueno hingga kereta terakhir, pada tahun 1929 hachiko terkena penyakit kudis parah yang hampir membunuhnya juga karna menghabiskan banyak waktu dijalan dan dibadannya juga banyak terdapat luka akibat perkelahian dengan anjing lain hingga salah satu telinganya tidak bisa berdiri tegak lagi, ia mulai beranjak tua dan lemah.


setelah di museum
akhirnya pada usianya yang ke 13 disaat jam-jam awal antara 00.00-03.00, 8 maret 1935 hachiko menghembuskan nafas terakhir di sisi jalan shibuya. hal yang menjadi catatan.. penantian panjang dari kesetiaannya menunggu dan merindukan tuannya kalau di total sekitar.. sembilan tahun sepuluh bulan. 
dan tau ga..? kematiannya mengisi halaman depan surat kabar jepang, dan banyak orang yang sedih mendengar berita tersebut, lalu tulang-tulangnya dikuburkan di sudut petak tempat penguburan profesor ueno, dan kulitnya diawetkan kemudian diletakkan di national science museum.
kisah hachiko adalah sisi lain dari kasih sayang.. hewan dan tuannya
dari berbagai sumber
mo nonton cuplikan filmnya..?